Mungkin
ini adalah sebuah tulisan yang menggambarkan isi hati saya tentang situasi
Daerah Istimewa Yogyakarta akhir-akhir ini. Perasaan sedih, kecewa, marah,
senang, muak, dan bahagia akan terlukis dalam rangkaian kalimat-kalimat ini.
Maaf sekali, di tulisan ini pun akan ada beberapa kalimat yang berakar pada
ajaran Agama Islam dan sedikit menyinggung Kejawen. Bukannya SARA, tapi itu
karena saya adalah manusia Indonesia yang muslim dan berdarah Jawa. Beribu-ribu
maaf!
Pada
tanggal tanggal 26 Oktober 2010 yang tidak akan pernah terlupakan bagi
masyarakat Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah , gunung merapi meletus dan
memuntahkan awan panas setinggi 1,5 kilometer sejak pukul 17.00 untuk sekian
kalinya disaat orang-orang selesai beraktifitas seperti biasanya.
Bersyukurlah kita masih diberi
kesempatan ?
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul :
“BENCANA
ALAM GUNUNG MERAPI”Sebagai tugas Mandiri mata
pelajaran sejarah peradaban islam untuk menjadi syarat penilaian tugas Akhir
semester satu.
Dalam Penulisan makalah ini penulis
merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada :
1.
Allah Swt atas rakhmat dan hidayah-Nya.
2.
Bpk. Sungaidi sebagai dosen tetap fakultas dakwah dan
komunikasi universitas islam negri
syarif hidayatullah.
3.
Kedua Orang Tua kami yang tercinta. Yang telah banyak memberi bantuan
kepada penulis baik motivasi Spritual ataupun bantuan Materil.
4.
Teman-Teman Konsentrasi manajemen Haji dan Umrah yang memberikan semangat
dan bantuan bagi penulis.
Dalam penelitian kali ini Penulis merasa banyak
kekurangan. Penulis Sangat mengharapkan kritik dan saran dari penguji dan
pembaca dalam kelanjutan penelitian ini.
Akhirnya, tiada kata yang dapat kami berikan
selain harapan dan terima kasih. semoga Hasil penelitian ini dapat bermanfaat
bagi kita semua serta dapat meningkatkan keimanan kita menjadi hamba Allah yang
mulia.
Penulis
Jakarta, 20 januari 2011
Pendahuluan
Daerah
Istimewa Yogyakarta atau jogja dan
seringkali disingkat DIY adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di
bagian selatan pulau jawa dan perbatasan dengan provinsi jawa tengah di sebelah
utara secara geografis yogyakarta terletak dibagian tengah. Daerah tersebut
terkena bencana gunung meletus pada tanggal 26 oktober 2010 yang mengakibatkan
korban meninggal dan tidak memiliki rumah.
Gunung
Merapi adalah gunung berapi dibagian tangah pulau jawa dan merupakan salah satu
gunung teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam provinsi
jawa tengah, yaitu Kabupaten Magelang disisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi
utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan di sekitar
puncaknya menjadi kawasan nasional gunung merapi sejak tahun 2004.Gunung berapi
ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern mengalami erupsi (puncak
keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi pemukiman yang
sangat padat. Sejak tahun 1548 ,gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. Kota
Yogyakarta dan Kota Magelang kota besar terdekat, berjarak 30 km dari puncaknya1.
Di lerengnya masih banyak terdapat pemukiman sampai ketinggian 1700 m dan hanya
berjarak 4 km dari puncaknya. Pleh karena tingkat kepentingannya ini, merapi
menjadi salah satu dari enam belas gunung api dunia yang termasuk teraktif.
Subhanallah. . .
inilah meletusnya gunung berapi di kota jogja dan magelang, tanpa permisi
bertandang dengan segala penuh keperkasaan dan keganasannya , kerugian materi
serta harta sulit di kalkulasi , ratusan jiwa terenggut, namun dalam bencana
alam yang dahsyat itu, pertolongan allah senantiasa terluhur , penduduk jogja
dan magelang sekitarnya masih banyak yang diselamatkan dan memiliki hikmah dan
pelajaran bahwa setiap ada ujian pasti ada manfaat dan hikmah dibalik bencana.
Sehingga
pada saat itu saya berfikir bahwa Indonesia akan segera berakhir apabila dari
masyarakat tidak mau bertawakal Bencana
yang singgah di tanah air sebulan terakhir ini September 2010 bertubi-tubi
menghantam berbagai wilayah di tanah air. Ada bencana banjir, longsor, tsunami
, bendungan ambrol dan hingga juga meletusnya gunung berapi.
Marilah
kita mengingat kembali akan azab yang akan kita terima di akhirat jika kita
banyak mengingkari Allah selama di dunia. Tak hanya azab di akhirat, perbuatan
maksiat yang kita lakukan juga akan mengundang azab di dunia. Sebagaimana yang
dialami kaum Sodom, kaum Tsamud, kaum ‘Aad, dan kaum Saba’, mungkin hal ini
jualah yang sedang menimpa ‘kaum Indonesia’, terkhusus ‘kaum Jawa’ ataupun kaum
yang sedang menetap di Yogyakarta dansekitarnya.
BAB II
PEMBAHASAN
“GUNUNG MERAPI MELETUS ,TEGURAN
DAN ADZAB DARI ALLAH SWT ”
Dan sungguh akan kami beri cobaan
kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta jiwa dan
buah-buahan dan kabarkanlah berita gembira kepada orang orang yang sabar (Q.S
al-Baqaroh : 155)
Daerah
Istimewa Yogyakarta atau sering dipanggil “jogja” saja, kini telah bergejolak
dan membara gara-gara bencana alam letusan gunung merapi. Tidak seperti
sebelum-belumnya, gunung merapi kini bergemuruh melomtarkan isi dapur magma
lebih kuat dan berjangka waktu lebih lama. Gunung merapi pun tak segan-segan
menurunkan awan panas ke segala arah, termasuk ke wilayah pemukiman warga
jogja.Penduduk jogja kini semakin resah . setiap hari mengalami secara langsung
bagaimana susahnya hidup gara-gara bencana merapi kali ini. Hampir setiap sore hujan deras
mengguyur Jogja, yang mana hal itu mengakibatkan pengungsi-pengungsi harus
berdiri karena tikar-tikar di pengungsian sudah seperti kubangan lumpur. Hampir
setiap jam Gunung Merapi meletus, yang mana hal itu menekan sisi manusiawi para
pengungsi, yakni rasa takut akan mati. Belum lagi kilatan petir
menggelempar-gelempar yang menyibak langit kelam Jogja dan menabuh gendang
telinga[1].
Betapa
panasnya awan yang dimuntahkan oleh Merapi, hingga apabila kita tersapu awan
panas, ketika kita menghirup abunya maka paru-paru kita akan layu dan
tersumbat, tubuh kita akan mendadak kaku hingga kita tewas seketika.
Perumpamaannya sama seperti jika kita memanggang belalang. Wujud awan panas
berdasarkan kesaksian saksi mata yang berhasil lolos dari maut adalah berbentuk
gumpalan asap putih yang membumbung tinggi dengan warna yang memerah di
tengah-tengahnya dan sangat cepat meluncur ke arah mereka. Sebagai insan
beriman, tentu kita tak hanya memandang fenomena ini dari segi keilmuan duniawi
saja, namun terpikirkah kita bahwa panasnya awan itu tak seberapa dibandingkan panasneraka?
Hadits riwayat Abu Hurairah ra. bahwa Nabi saw bersabda: Api kalian yang dinyalakan anak-cucu Adam adalah sepertujuh puluh dari panas api Jahanam. Para sahabat berkata: Demi Allah, bila sepanas ini saja sudah cukup wahai Rasulullah saw. Beliau bersabda: Sesungguhnya panas api tersebut masih tersisa sebanyak enam puluh sembilan bagian, panas masing-masing sama dengan api ini. (Shahih Muslim No.5077)
Hadits riwayat Abu Hurairah ra. bahwa Nabi saw bersabda: Api kalian yang dinyalakan anak-cucu Adam adalah sepertujuh puluh dari panas api Jahanam. Para sahabat berkata: Demi Allah, bila sepanas ini saja sudah cukup wahai Rasulullah saw. Beliau bersabda: Sesungguhnya panas api tersebut masih tersisa sebanyak enam puluh sembilan bagian, panas masing-masing sama dengan api ini. (Shahih Muslim No.5077)
Seperti
yang kita semua tahu, isi alam semesta ini adalah milik Tuhan YME. Tidak ada
satu kekuatan yang mampu menandingiNya. Tidak pernah terjadi suatu pergantian
siang-malam di suatu hari tanpa izinNya. Berdasar pemahaman-pemahaman sederhana
saya akan bencana alam, saya rasa Jogja itu sebenarnya akan baik-baik saja. Saya
berkesimpulan demikian
Berdasar sebuah hadits dari Nabi Muhammad SAW
dan saya sangat percaya itu. Dalam ajaran agama saya, umat manusia pasca
turunnya kenabian beliau digaransi oleh Allah SWT tidak akan mengalami azab
atau hukuman langsung di dunia seperti umat-umat manusia terdahulu. Maka
daripada itu, saya bisa begitu tenang menanggapi bencana Merapi di Jogja
baru-baru ini. Bukankah kita semua tahu, bencana tsunami di Aceh yang puluhan
kali lipat jauh kuat menimpa rakyat Aceh masih menyisakan banyak sekali
manusia? Bukankah kita semua tahu tsunami tersebut tidak mampu menghancurkan
Aceh?
Dalam bencana alam, banyak korban nyawa itu biasa. Dalam
bencana alam, banyak bangunan rusak itu biasa. Akan tetapi, ketika bencana alam
sudah menyapa, kita masih lupa kepadaNya, itu baru aneh. Saya itu kadang judeg
(bisa diartikan marah, kecewa, dan sedih dirasakan secara bersamaan) dengan
prilaku banyak oknum merespon bencana alam di Jogja kali ini. Sewaktu saya
keliling ke beberapa pengungsian, saya miris melihat beberapa “bantuan yang
tidak ikhlas”. Cukup penamaan saja di wadah bantuan dengan sewajarnya untuk
pendataan, tanpa menancapi area pengungsian dengan berbagai bendera-bendera
yang besar dan mencolok. Lebih-lebih diberi spanduk yang memakai foto-foto
“orang sok dermawan”. Saya prihatin melihat bencana alam yang menimpa rakyat
Jogja ini dijadikan semacam “ajang kampanye” oleh beberapa oknum. Saya salut
pada ketegasan Sultan HB X yang mengintruksikan area pengungsian
“dimerah-putihkan”.
Jadi sebenarnya
apa yang menyebabkan gunung meletus begitu gencang di tahun ini banyaknya
bencana alam di negara Indonesia mulai dari sumatera aceh, padang, sampai timur
Indonesia, gunung merapi meletus ini mengingatkan kepada Seorang dengan
ketajaman mata bashirah seperti Umar bin Khattab bisa, merasakan bahwa
kemaksiatan yang dilakukan oleh para penduduk Madinah, sepeninggal Rasulullah
dan Abu Bakar As-Shiddiq telah mengundang bencana. Akhirnya Umar pun
mengingatkan kaum Muslimin agar menjauhi maksiat dan segera kembali kepada
Allah. Sesungguhnya bencana ini teguran allah dari hamba-hambanya dan saya
telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu ,
maka barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah kepadanya.
Marilah kita
mengingat kembali akan azab yang akan kita terima di akhirat jika kita banyak
mengingkari Allah selama di dunia. Tak hanya azab di akhirat, perbuatan maksiat
yang kita lakukan juga akan mengundang azab di dunia. Sebagaimana yang dialami
kaum Sodom, kaum Tsamud, kaum ‘Aad, dan kaum Saba’, mungkin hal ini jualah yang
sedang menimpa ‘kaum Indonesia’, terkhusus ‘kaum Jawa’ ataupun kaum yang sedang
menetap di Yogyakarta dansekitarnya.[2]
Kejadian
merapi juga pernah terjadi ketika Rosulullah naik ke Gunung Uhud, maka
kemuudian entah mengapa gunung uhud mengeluarkan getaran , ternyata getaran
tersebut adalah karna rasa kecintaan dan rasa senangnya Gunung uhud terhadap
Rosulullah SAW yang telah menaikinya dan kemudian sembari menghentak-hentakan
kakinya ditanah, Rosulullah berkata : “Diamlah wahai uhud ! karna diatasmu ada
Rosulullah SAW yang menuju kepada dua sahabat yang berada di gunung uhud”.
Lantas tenanglah kembali Gunung Uhud mendengar kata-kata rosulullah tadi.Dan
cerita diatas menunjukan bahwa semua makhluk Allah itu rindu pada junjungan
kita Nabi agung Muhammad SAW
AllahSWTberfirman:
dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"[3].
Sudahkah
bangsa ini bersyukur atas nikmat yang demikian banyak dilimpahkan Allah atas
tanah ini?
Jika ditilik lebih jauh, rasanya pantaslah Allah menimpakan musibah erupsi Merapi sekarang ini terutama di daerah yang terparah yakni di tanah Keraton (Yogyakarta). Betapa banyak maksiat di tanah ini. Mulai dari pergaulan bebas, hingga paham kejawen yang berkembang pesat di Yogyakarta. Melihat betapa dilupakannya Allah di negeri ini, maka wajar saja rasanya Allah ‘cemburu’ lalu menimpakan bencana yang dahsyat sebagai peringatan bagi kita semua. Pergaulan bebas, seks bebas, praktek syirik, dan segala macam kesenangan-kesenangan ala syaitan bin iblis harus segera kita tinggalkan. Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menukil ucapan ‘Ali bin Abu Thalib ra.: “Tidaklah turun musibah kecuali dengan sebab dosa dan tidaklah musibah diangkat oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kecuali dengan bertobat.” (Al-Jawabul Kafi hal. 118)
Jika ditilik lebih jauh, rasanya pantaslah Allah menimpakan musibah erupsi Merapi sekarang ini terutama di daerah yang terparah yakni di tanah Keraton (Yogyakarta). Betapa banyak maksiat di tanah ini. Mulai dari pergaulan bebas, hingga paham kejawen yang berkembang pesat di Yogyakarta. Melihat betapa dilupakannya Allah di negeri ini, maka wajar saja rasanya Allah ‘cemburu’ lalu menimpakan bencana yang dahsyat sebagai peringatan bagi kita semua. Pergaulan bebas, seks bebas, praktek syirik, dan segala macam kesenangan-kesenangan ala syaitan bin iblis harus segera kita tinggalkan. Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menukil ucapan ‘Ali bin Abu Thalib ra.: “Tidaklah turun musibah kecuali dengan sebab dosa dan tidaklah musibah diangkat oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kecuali dengan bertobat.” (Al-Jawabul Kafi hal. 118)
Maka dari itu, jika kita menginginkan ketentraman dan kesejahteraan dari Allah,
tentu kita harus menyikapi bencana ini sebagai pukulan agar kita kembali ke
jalan Allah, kembali bersyukur dan senantiasa meng-esa-kan-Nya. Kita harus
semakin mendekatkan diri kepada-Nya, bukan justru semakin menduakan Allah
dengan menggelar ritual syirik seperti yang dilakukan oleh sebagian masyarakat
Yogyakarta pada senin-8 November untuk menolak bala. Ya, mereka mengadakan
upacara adat yang digelar di tugu Yogyakarta, dimulai dengan pertunjukan Tari
Srimpi, kemudian menyembelih hewan ternak berupa sapi dan ayam, yang nantinya
kepala, kaki, dan ekor dari hewan sembelihan itu ditanam di sekitar Kaliurang,
dan dagingnya dibagikan kepada para pengungsi. Na’udzubillahimindzaligh.
Walhasil, Merapi justru
semakin parah dan semakin memuntahkan isinya yang tak kunjung mereda hingga
hari ini. Semua alasan sains yang coba menjelaskan fenomena ini memang terasa
logis, tapi bukan hanya itu alasan mengapa hal ini bisa terjadi. Kita tak boleh
mengabaikan perspektif al-Qur’an. Sebagai orang yang beriman, tentu kita
memercayai bahwa Allah-lah penggenggam alam semesta ini, tiada satupun yang
mampu berkuasa selain Dia. Maka, ketika bencana datang menghampiri kita,
pendekatan pertama yag harus kita lakukan tentu adalah dari sudut pandang
aqidah. Tiada satu daunpun yang jatuh dimuka bumi ini yang lepas dari
pengawasan Allah, artinya tiada satupun kejadian dimuka bumi ini kecuali karena
capur tangan Allah. Maka, instropeksilah diri kita. Seperti apa kita terhadap
Allah .
selama ini? Apakah kita
termasuk golongan orang beriman yang sabar yng diuji Allah sebagaimana firman
Allah SWT
“Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan, ‘Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun’. Mereka itulah
yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS.
Al-Baqarah: 155-157)
Atau
kita termasuk hamba Allah yang kufur sebagaimana firman Allah:
“Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa.” (QS. Fushshilat: 51)
“Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa.” (QS. Fushshilat: 51)
Semua
berpulang kepada kita, berpulang pada keyakinan dan keimanan kita. Yang
pasti, bencana ini adalah teguran dari Allah, maka dari itu, instropeksilah
diri kita. Allah hanya mau kita kembali ke jalan yang benar, diinullah
tanpa terkotori dengan bid’ah, takhayul, dan khurafat. Allah hanya mau kita
istiqomah di jalan yang benar, tanpa terkotori dengan maksiat-maksiat karena
terbujuk rayu syaitan. Allah sayang kepada kita, dan semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya
yang selalu mendapat petunjuk hidayah dari-Nya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
:
Betapa banyak maksiat
di tanah ini. Mulai dari pergaulan bebas, hingga paham kejawen yang berkembang
pesat di Yogyakarta. Melihat betapa dilupakannya Allah di negeri ini, maka
wajar saja rasanya Allah ‘cemburu’ lalu menimpakan bencana yang dahsyat sebagai
peringatan bagi kita semua. Pergaulan bebas, seks bebas, praktek syirik, dan
segala macam kesenangan-kesenangan ala syaitan bin iblis harus segera kita
tinggalkan.
SARAN
:
·
Marilah kita mengingat kembali akan azab
yang akan kita terima di akhirat jika kita banyak mengingkari Allah selama di
dunia.
- Kehilangan
dan sedih, kita harus mengikhlaskannya dan ucapkan inalilahi wa inna
ilaihi rojiun
- Lakukanlah
Sholat lima waktu secara terus menerus dan berdoa setiap shalat malam.
- Bahagia
ucapkanlah alhamdullillah
DAFTAR PUSTAKA :
Buku
pelajaran Siroh Nabawiyah SMK Al Muhadjirin 57 Kelas XI Al Mhadjirin57
bekasi, tahun 2007
Buku Pelajaran TAUHID Madrasah Aliyah Kelas XI Madrasah
Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, tahun 2009.
Suara Islam
Online.com
www.wikipedia.com