Rabu, 24 Juli 2013

Sejarah Negara Kesatuan The Panasdalam


The PanasDalam didirikan pada tanggal 18 Agustus tahun 1995 di studio seni lukis Fakultas Senirupa dan Desain ITB, sebagai sebuah negara yang memisahkan diri dari Indonesia. Didirikan sebagai sebuah sikap atas jika sebuah negara, yaitu Indonesia, menjadi bukan lagi milik bangsanya, melainkan milik sebuah keluarga di Jakarta, maka saksikan inilah kami.

Negara Kesatuan Republik The Panasdalam punya wilayah seluas 8 kali 10 meter. Negara satu-satunya di dunia yang berada di lantai dua dan juga negara kecil yang lebih kecil dari negara terkecil mana pun yang ada di dunia. Saking kecilnya bahkan orang-orang dari MURI pun tidak sampai mengetahuinya.

Penduduknya, pada waktu itu, berjumlah 18 orang, sehingga harus lagi dikatakan bahwa satu-satunya presiden di dunia yang hapal nama penduduknya adalah presiden Negara Kesatuan Republik The Panasdalam. Dialah presidennya yang harus bahagia bersama penduduknya karena menjadi bangsa dari sebuah negara kaya, yang semua penduduknya bisa pergi keluar negeri semaunya, seenaknya, termasuk untuk Buang Air besar, jumatan dan hal lainnya yang remeh. Coba tanya di mana pacar kami dan orangtua kami? Kami akan menjawab bahwa mereka tinggal di luar negeri.

Negara Kesatuan RepublikThe Panasdalam punya lambang negaranya sendiri dan juga jargon yang mudah dihapal meskipun berbahasa Latin: Argumentum In Absurdum. Benderanya bagus, nyaris seperti bendera Amerika, atas dasar berharap bahwa tiap diri kami adalah adi kuasa bagi diri kami sendiri.

Kegiatan penduduknya kebanyakan kuliah, tetapi juga menyanyi dengan lagu bikinannya sendiri. Setiap lagu adalah yang dibikin berdasar pada realita peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Menjadi sebuah lagu dokumenter yang akan membantu mengungkap kenangan akan kisah yang terjadi di balik lagunya.

Beberapa kawan mahasiswa Indonesia tahu bahwa The Panasdalam adalah sebuah negara, tetapi mereka juga tahu bahwa mereka sering mendengar penduduk The panasdalam suka menyanyi di radio EH-ITB dengan menyebut diri sebagai Kaumusikampusentris ITB, menyebabkan mereka berfikir mengundang kami untuk tampil nyanyi di acara mereka, terutama di acara orasi menggugat kepemimpinan Suharto. Pada saatnya kami harus bersikap profesional dengan cuma tampil menyanyi tanpa bermaksud ada ingin ikut campur dengan urusan dalam negeri mereka, kecuali cuma untuk bilang: Sampaikan kepada presiden kalian, terimakasih konsumsinya yang sudah diberikan oleh rakyatnya kepada kami.

Pada tahun 1999, pasca turunnya Suharto dari tampuk kepemimpinannya, NKR The Panasdalam menyelenggarakan muktamar yang pertama, tema yang dibicarakan adalah mencari keputusan bersama apakah The Panasdalam setelah Suharto turun akan begabung kembali dengan NKRI atau terus menjadi sebuah negara? Keputusannya adalah kembali bergabung dengan NKRI, suka atau tidak itulah suara terbanyak. Maka bergabunglah kami dengan ditandai tepuk tangan dan mengubah namanya menjadi Daerah Istimewa The Panasdalam. Setelah itu hari-hari selanjutnya adalah sunyi.

Beberapa penduduk D.I The Panasdalam diwisuda, sebagian ada yang langsung menikah, sebagiannya lagi ada yang melanjutkan kuliah ke negara jauh yang ada di eropa. Inilah saatnya D.I The Panasdalam merasakan sunyi yang lebih sunyi dari yang sudah dikatakan. Sunyi berat. Mungkin bisa dikatakan bubar, tetapi nyatanya tidak. Mungkin bisa dikatakan tidak keurus, tapi nyatanya iya, meskipun masih terus tersimpan di dalam masing hati setiap "penduduknya".

Tahun 2003, Pidi Baiq, Imam Besar The Panasdalam, sepulang dia dari sebuah negara yang jauh, menghidupkan kembali The Panasdalam, tetapi sudah tidak lagi di ITB, tetapi sudah bukan lagi sebagai sebuah negara, melainkan sebagai sebuah Kelompok Musik Separatis yang nyata-nyata diniatkan sebagai alat untuk dia melakukan gerakan oposisi terhadap jalur musik mainstream Indonesia. Dia berucap, inilah The Panasdalam, Kaumusikurangajarasain.

Bergabung dengannya Erwin, mantan "penduduk". Bergabung dengannya Iwan Nawa, seorang juru musik dari salah satu gereja di Bandung yang bilang pernah dengar lagu-lagu The Panasdalam dan dia suka. Bergabung dengannya orang-orang selain itu yang kebanyakan adalah dari kampus yang bukan ITB. Mereka keren dan merasa keren bersama The panasdalam, atau mungkin tidak, tetapi nyatanya mereka suka.

Sejak itu The panasdalam muncul betul-betul sebagai sebuah kelompok musik sebagaimana masyarakat umum kemudian mengenalnya sebagai itu juga. Manggung di mana-mana dan merekam sendiri semua lagu-lagu The Panasdalam, yang setelah dihitung ternyata banyak sekali jumlahnya, bahkan mungkin sudah sampai 200 lagu

Selasa, 23 Juli 2013

Cerita Bokap : Ketika Wartawan Ngeliput Presiden Ke Luar Negeri

Kalau kemarin sudah bahas soal gimana cerita teman liputan di istana kepresidenan, sekarang gw akan ceritakan cerita bokap gw sendiri gimana rasanya ikut perjalanan presiden ke luar negeri.

Singkat cerita, Kata bokap, wartawan yang bertugas di istana pasti akan bergiliran ikut dalam perjalanan presiden ke luar negeri, contohnya dalam sebuah trip ada 5 tv, 3 media cetak, 2 majalah, yang diajak. Trip berikutnya akan bergantian dengan tv-media cetak dan majalah yang lain.

Salah satunya bokap gw yg beruntung dalam beberapa tahun yg lalu saat penugasan di istana, berkesempatan mengikuti bekali-kali trip presiden, yang pertama sekitar Tahun 90-an berangkat ke Beijing, Hongkong dan Korea Selatan, beberapa tahun berikutnya sekitar diatas Tahun 2000-2010-an bokap sering ditugaskan ke Singapore, Myanmar dan Brunei Darussalam, memang sih kebagiannya masih Asia, tapi kata bokap hal itu juga sudah menyenangkan !!

Selama bertugas ke luar negeri, katanya, seluruh wartawan wajib pakai pakaian resmi, jas dan dasi untuk laki-laki, setelan blazer untuk perempuan, nah karena waktu itu hanya ada 1 seat untuk 1 media, alhasil bokap jalan sendiri tanpa Fotografer, jelang berangkat jadi bokap belajar ekstra keras untuk mengoperasikan kamera, editing gambar dan pengiriman gambar, maklum bokap gw itu wartawan tulis. Sebenarnya selama liputan bisa saja berbagi dengan teman-teman media lain, tinggal minta gambar mereka dan kita membuatkan mereka naskah. Tapi ketika itu bokap memilih bersiap untuk yang terburuk, lebih baik well-prepared dari pada kelabakan selama di sana, belajar kamera pun ia memilih mengetahui manual nya sebelum putus asa dengan sistem auto.

Penampilan bokap saat itu ketika berangkat cukup ajaib, satu koper yang akan masuk bagasi, satu ransel berisi laptop, aneka charger, aneka kabel, batre cadangan dll,, menenteng kamera di bahu kanan, menenteng tripod di bahu kiri dan harus siap berlari-lari dengan segala macam benda menempel di tubuhnya.

Pesawat yang tumpangi jelas adalah pesawat  yang sama dengan yang ditumpangi presiden. Bila perjalanan jauh biasanya jenis Airbus yang akan digunakan milik Garuda Indonesia. Tentu saja presiden dan menteri-menteri duduk di bagian depan pesawat, sedangkan para wartawan ditempatkan di bagian belakang pesawat bersama staf-staf dan pasukan pengamanan presiden lainnya, yang menjadi ciri khas perjalanan presiden adalah jus kacang hijau yang selalu ada di awal perjalanan. Soal makanan pun tak usah diragukan, jam makan tak pernah terlambat, mau minta cemilan di sela-sela jam makan pun dipersilakan, sambil menikmati aneka tontonan atau musik di kursi masing-masing. *hmm enak banget yaah*

Rombongan pun seringkali menginap di hotel yang sama dengan presiden, kecuali bila sedang ada konferensi tingkat tinggi tertentu dan terbatasnya hotel besar di kota tersebut, terpaksa presiden akan menginap di hotel utama bersama kepala-kepala negara lainnya. Sedangkan rombongan wartawan dicarikan hotel lain.

Mungkin tidak bisa membandingkan Presiden sekarang dengan presiden-presiden sebelumnya, tapi jujur cerita bokap kegiatan Presiden RI di luar negeri terhitung padat, bertemu kepala negara, bertemu anggota parlemen, mengunjungi taman makam pahlawan, bertemu warga negara Indonesia, bertemu pengusaha-pengusaha, menerima gelar honoris causa, menghadiri KTT dll. Walau capek tapi itu rasanya memang harus dilakukan agar tak menghambur-hamburkan uang negara dengan percuma. Para wartawan pun harus pintar membagi waktu, antara liputan dan mengirimkan berita di sela-sela liputan. Bagi wartawan Lembaga Berita milik Pemerintah (ANTARA) jelas bokap tantangannya jauh lebih sulit karena harus melakukan editing gambar sebelum mengirimkannya, belum lagi pembuatan naskah dan nasib para wartawan sangat bergantung pada koneksi internet jadi andalan karena jaringan provider indonesia tidak selalu bisa diakses di sejumlah negara. Wartawan jadi kayak orang gila kalau ketemu jaringan internet di hotel, soalnya kalau pas liputan suka mati gaya karena ga ada internet. 

Di tengah kesibukan liputan yang jamnya sangat padat, bisa jalan-jalan adalah hal yang langka, karena seperti yang pernah gw ungkapkan sebelumnya bahwa ruang gerak para wartawan sangatlah terbatas dan diatur, karena wartawan harus berangkat lebih dulu ke lokasi liputan sebelum presiden dan rombongan dan nyaris selalu seperti itu dari satu tempat ke tempat lainnya. Tapi kalaupun di jadwal presiden punya agenda intern yang tak perlu diliput, maka para wartawan akan gerak cepat melipir keluar hotel atau ke tempat lain untuk belanja atau sekedar foto-foto, bisa dengan ditemani biro pers istana atau pergi sendiri selama ga jauh-jauh dari rombongan, mentok2 foto di depan hotel yang penting gayaaa !! *Cerita bokap gw emang seru bikin ngiler !!

Ikut presiden ke luar negeri itu dia bilang memang capek, tapi kalau dibawa seru ya jadi seru banget, kadang memang berita dikorbankan demi foto-foto. <-- yaa inilah contoh sebenarnya penghambur-hambur uang rakyat hahaa

Oh ya dari beberapa perjalanannya luar negeri, itu aja sih yang diceritain. Dan kalau penugasan kedaerah jangan ditanya mungkin bokap udah khatam seluruh wilayah Indonesia. Nah manfaat bokap ceritain semuanya ini untuk anak-anaknya supaya termotivasi dan tahu bahwa jadi wartawan itu kerjaan yg sangat keren, apalagi kalo dipandang wanita. "Siapa sih cewek yg enggak mau sama wartawan, pasti klepek-klepek" <--- celetukan bokap haha...

*Gimana lihat sejauh perjalanan bokap gw saat liputan ke luar negeri, pasti kalian ngilerkan !! hheee

Selasa, 16 Juli 2013

Cerita Teman : Wartawan di Istana Presiden

Sampailah ke lokasi liputan yang cukup dianggap bergengsi bagi para wartawan, entah kenapa sebenernya,, tapi tetep aja : ISTANA PRESIDEN!
yap ini salah satu pos liputan yang harus selalu dipantau,, dalam arti para wartawan mengikuti agenda presiden setiap hari,, presiden bisa aja beragenda di istana jakarta,, atau istana bogor,, atau istana cipanas,,
atau beragenda di mana pun,, di rumah pribadinya,, atau di hotel,, atau di kantor kementerian,, di mana pun!

Nah untuk menjadi wartawan RI-1 memang memiliki pendaftaran khusus, tidak seperti tempat2 liputan lainnya yang bisa bergantian,, wartawan RI-1 harus didaftarkan setiap awal tahun, setiap media dijatah sesuai dengan jenis medianya,, misalnya televisi dijatah 4 reporter dan 4 kameramen,, nama, foto dan persyaratan lainnya harus diserahkan ke biro pers istana, dan nanti akan ditentukan apakah memang sang wartawan lolos dan boleh memiliki ID wartawan istana,, ID tersebut pun berlaku selama 1 tahun dan tidak bisa dipindah-tangankan,,

Katanya, liputan di istana pun jelas berbeda dengan tepat liputan lainnya,, gimana enggak, semua gerak-gerik wartawan di istana diatur oleh biro pers, pasukan pengamanan presiden dan protokol istana lainnya,,  ga ada yang namanya mondar-mandir sembarangan,, atau keluyuran ksana-sini.. biasanya wartawan berkumpul di ruang wartawan,, lalu kalau agenda presiden di dalam istana sudah mau mulai, salah satu staff biro pers istana akan memanggil wartawan dan meminta masuk ke dalam,,

acara yang biasa diliput setiap pagi akan diinfokan oleh biro pers, baik jadwal presiden maupun jadwal ibu negara,, kalau agenda intern itu berarti wartawan ga bisa meliput,, agenda presiden bisa bertemu tamu, rapat terbatas, rapat kabinet paripurna, menyambut tamu negara, memberikan sambutan di acara-acara besar, melantik pejabat negara, atau acara-acara lain,, kelebihan liputan istana adalah walaupun agenda kegiatan presiden tidak menarik tapi banyak narasumber-narasumber ring satu yang muncul,, seperti menteri-menteri, kapolri, panglima TNI, ketua lembaga tinggi negara dll,, mreka adalah orang-orang penting yang tidak mudah ditemui dan pernyataannya menjadi ujung tombak untuk isu-isu yang sedang menjadi hits,,

tantangan liputan di istana salah satunya adalah sang wartawan harus menguasai banyak isu,, karena banyak pejabat yang akan datang,, biasanya ketika melihat siapa pejabat yang ada di istana, sang wartawan akan berpikir "eh ada pak x,, nanya soal ini ah,,",, dan bila dalam satu moment ada terlalu banyak pejabat, jalan satu2nya adalah bagi tugas dan nanti melakukan cloning gambar dengan 'kabel persahabatan' dengan tv lain,,

satu hal positif yang disuka kalau liputan di istana adalah rasa kebersamaan antara wartawan tv, wartawan online, wartawan cetak dan radio cukup baik,, bahkan ada milis yang didalamnya berbagi apapun,, anak2 media online sering mentranskrip hasil wawancara dan itu memudahkan bagi teman2 lain yang tidak ikutan wawancara,, bagi anak tv juga memudahkan untuk bikin naskah tanpa harus preview kaset,,

liputan di istana juga membuat para wartawan harus mengingat plat-plat mobil pejabat,, bahkan punya daftar mobil pejabat dari RI-1 sampai RI sekian,, nah katanya yang bikin mati kutu kalau para pejabat itu pas ga make plat RI melainkan plat biasa yang belakangnya RFS,, hahahaha,, *sapa juga yang bisa hafal plat sgambreng bgituuu,,*


"oh ya,, kalau masuk lingkungan istana ga boleh pake jins loh,, harus celana bahan,,"

Senin, 15 Juli 2013

Kekalahan Timnas Jadi Konsumsi Publik

kita selalu punya kecenderungan untuk menikmati setiap rasa sakit baik secara fisik/psikis atas diri sendiri. hal itu pulalah yang malah kita upayakan agar senantiasa terkubur hidup-hidup lantas kita sepakat menyebutnya : kegilaan. akan tetapi, mau-tidak mau, sadar-tidak sadar, “yang disembunyikan” tadi tak pernah mampu sepenuhnya kita singkirkan. serapat apapun kita menahannya, ia selalu mendesak keluar demi menegaskan keberadaannya. ia sebuah kebutuhan.

baru saja, saya diingatkan televisi yang menayangkan indonesia vs arsenal, dan seketika saya tergerak untuk mengungkapkan pemahaman saya layaknya di atas.

pertandingan tersebut berkesudahan dengan skor 0-7 untuk sang tamu –arsenal.

ekstase kebanggaan masyarakat indonesia, khususnya mayoritas pemirsa sepakbola, menyeruak kala timnas mendapat kesempatan untuk mengundang kekuatan sepakbola yang levelnya jauh diatas mereka. alhasil sang idola pun satu-per-satu datang. dan salah satunya yang datang malam ini adalah arsenal. tak dapat terbayangkan dag-dig-dug gembiranya hati kita.

oh bahkan belum cukup sampai di situ, sebuah kehormatan bagi timnas adalah ketika sang tamu sepakat membawa serta lantas menurunkan skuad inti mereka. padahal kita pun sama-sama tahu, melawan skuad mudanya saja belum tentu kita dapat mengimbangi. perlu diingat pula kalau ini antara sebuah tim nasional melawan klub.

pertandingan tersebut berkesudahan dengan skor 0-7 untuk sang tamu –arsenal.

malu kah kita dengan kekalahan telak seperti itu ? alih-alih mengincar kemenangan atau setidaknya memahami bagaimana football (bola di kaki) tidak sama dengan sepakbola (bola disepak), alhasil jersey campur keringat pemain lawan yang jadi sasaran.

bagaimana dengan penonton yang hadir memadati GBK atau berjuta pasang mata di depan layar kaca ? tak jauh berbeda dengan pemandangan di kota paris, 2 maret 1757, hari dimana damiens dijatuhi hukuman mati dengan cara kedua tangan dan kakinya diikatkan pada keempat kuda yang nantinya serentak dihalau ke empat penjuru hingga bakal merobek tubuh damiens menjadi empat bagian.

siksaan kejam dengan tempo lamban ini pun memang sebuah konsumsi publik. dimana setiap mereka yang menyaksikan akan tak kalah menuangkan rasa sakit atau bahkan melakukan self-mimesis demi menyelami laknat tersebut. yang sakit itu berupa hiburan. yang liar dan kejam itu berupa seni. siksaan kejam dengan tempo lamban ini pun hadir dalam 2 X 45 !

adalah seperti yang saya sebutkan sebelumnya, kita memang menikmati kesakitan itu. kita semua merayakannya. atas wacana pertandingan bertajuk “eksibisi” saja kita mungkin sudah sewajarnya merangkul kembali kegilaan yang selama ini kita jauhi dalam bingkai kemanusiaan.

Jumat, 12 Juli 2013

Ikan Air Tawar Ogah Berenang di Lautan

Bicara Pidi Baiq adalah bicara absurditas. Ya, karakternya yang nyantai dan kocak penuh imajinasi dan apa adanya dalam melontarkan kalimat demi kalimat yang tanpa dibuat-buat membuat perbincangan kami penuh kesan santai tapi sesekali serius. Alias susah membedakan mana serius mana tidak.


Tapi Pidi yang suka menyebut dirinya Imam Besar The Panas Dalam ini punya pemikiran yang keluar dari jalur mainstream. Anti televisi, popularitas dan punya filosopi unik soal karya cipta dan seni. Berikut petikan wawancaranya:

The Panas Dalam punya cukup banyak “pengidap” di setiap daerah. Terkenal juga ya?

"Sebenarnya kami tidak ingin terkenal, tapi ingin mengenal. Karena kami haus pengetahuan. Nanti kalau kami nyuri gampang dikenal..."

Bang Pidi juga dikenal sebagai penulis buku. Dari mana awalnya menulis buku?

"Aku memang sering nulis. Nulis banyak di Belanda dan sewaktu perjalanan ke Indonesia. Buku pertamaku itu dulu harusnya Al-Ashbun. Waktu mau pulang ke tanah air itu dari Belanda. Makanya itu judulnya mau di bawah perut garuda. Tapi kok kayak kitab. Dan aku juga ingin punya kitab dari dulu. Semacam Sutasoma mungkin. Tapi tidak kuterbitkan. Aku minta Drunken Monster dulu..."

Tapi buku Drunken itu berbeda tata bahasanya dari buku-buku biasanya?

"Aku itu orangnya gak pernah berpikir apa respon orang. Waktu itu aku datangin Mizan (penerbit buku-Red). Aku bilang terbitin kalo enggak aku musuhin. Mizan bilang ini gak EYD. Aku bilang bukan manusia sempurna gak pantas menggunakan EYD. Lalu sempat diedit dan aku gak mau. Aku bilang mau pilih mana yang salinan tulisan asli Soekarno dengan print out yang indah atau tulisan asli Soekarno yang coret-coret?. Dia pilih yang coret-coret. Lalu akhirnya diterbitkan, tapi dengan catatan hanya 3.500 buku. Rupanya dua minggu best seller. Bergeser pemikiran mereka soal marketing..."

Drunken Monster sukses, kenapa hanya sampai empat seri?

"Aku capek kalau ngikutin masyarakat. Masyarakat saja yang ngikutin aku. Itu lebih mudah. Mereka (Mizan-Red) minta lagi dan lagi. Sebetulnya bisa sampai 20 serial drunken. Tapi ya itu tadi kok jadi pasar. Aku hentikan sampai aku tidak cari uang dari The Panas Dalam atau buku..."

Lalu apa pekerjaan utama Bang Pidi?

"Aku skateboard sama Jumatan. Hehehe. Tapi aku pernah jadi dekan Art Internasional School. Aku mundur karena tidak bisa menyamai habit mereka. Jadi aku memilih di rumah. Bekerja di alam semesta dengan bosnya Allah..."

Siapa influence kalau bikin lagu?

"Aku gak butuh insipirasi untuk bikin lagu. Aku cuma butuh hidup. Aku bikin lagu seenak aku ngomong aja. Bukan untuk masayarakat. Biar ada kerjaan. Aku berusaha untuk tidak menjadi locus of control eksternal. Seseorang yang diatur oleh tujuan. Tapi locus of Control internal dalam terminology Islam. Sejak awal aku bilang ini jelek. Jadi kalau ada yang bilang aku ini jelek itu bukan menghina tapi memperkuat omongan sebelumnya. Aku justru merasa hebat kalau bilang aku jelek. Tapi mendapatkan istri yang cantik..."

Sekarang ini banyak karya yang dinilai dengan pasar. Orang menciptakan karya biar bisa diterima di pasar. Bagaimana menurut Bang Pidi?

"Iya benar. Aku merasa malu dengan diriku sendiri ketika aku menciptakan sesuatu itu karena uang. Aku seperti menganggap remeh diriku bahwa segala sesuatu dinilai dengan uang. Anak-anakku mungkin butuh uang. Tapi anak-anakku juga butuh bangga siapa orang tuanya. Untuk memenuhi kebutuhan perut aku bekerja. Untuk memenuhi kebutuhan jiwa aku berkarya. Aku harus memisahkan kedua itu. Jadi supaya aku bisa pulang malam. Aku harus banyak uang dulu jadi istriku gak cerewet lagi he he he..."

Apa defenisi seni itu sendiri?

"Seni untuk seni. Dalam kaitannya untuk aku berkarya seni adalah untuk mengangkat derajat manusia..."

Sempat ditawari manggung di acara TV, kok menolak?

"Aku gak mau masuk TV. Ibaratnya seperti laut. Terlalu banyak ikan berenang dan warna-warni. Aku ikan air tawar, begitu masuk kesana aku mati. Banyak yang nawari, malah untuk kami agar bikin program sendiri. Kalau karyamu diukur dengan banyaknya rating, maka kau bukan seniman tapi buruh seni. Maka kau akan berkarya dengan pamrih. Jika sudah pamrih akan penuh banyak pertimbangan ketika berkarya. Pernah sekali aku masuk TV karena suatu hal dan anakku marah-marah. Katanya “Ayah nanti penggemar Panas Dalam kecewa.” Aku suka anakku karena TV itu berguna untuk membuat kita tidak berguna..."