Kamis, 13 Juni 2013

Negeri Sebuah Kapal

Semalam saya bermimpi berada pada sebuah kapal paling megah dan mewah yg pernah ada. Terbuat dari berbagai bahan logam pilihan yg hanya sangat kuat, tetapi lebih jg berharga dari emas. Mata saya dgn cepat menangkap orang-orang kelas atas yg dihormati serta para pegawai dan pembatu yg menjadi pelayan kapal. Perjalanan yg harus dilalui kapal megah tersebut tidak selalu mulus. Kadang badai besar menghempas, tetapi sejauh ini tak cukup terus menahan kapal yg terus melaju membelah samudra. Hingga entah siapa yg memlulai, ternyata bahan dasar kapal yg begitu mahal menggoda orang2 diatasny untuk menggrogoti dindingnya.

Mereka mengorek sedikit demi sedikit. Semakin hari semakin banyak penumpang yg menambah materi kekayaan mereka. Petugas keamanan kapal dan bbrapa penumpang lain sebenarnya tahu kejahatan terselubung itu. Namun tidak mudah mencari bukti karena dilakukan dikamar masing masing. Beberapa kelompok kecik yg resah tdk bisa berbuat apa-apa, yg lebih berbahaya sebenarnya aktivitas penumpang yg tinggal di pinggiran lambung kapal. Siang malam mereka tak henti-henti mengorek bagian tersebut. Karena disisi inilah terkandung logam mulia yg paling tebal. Padahal resikonya jika bagiab lambung kapal menipis maka kapal akan bocor dan bisa tenggelam kapan saja.

Kejadian ini berlangsung berpuluh-puluh hari hingga kapal mulai mnghadapi ancaman serius. Tetapi berbagai hiburan menarik yg di seselingi pertunjukan sulap sering mmbuat semua penghuni kapal lupa pd keadaan gawat itu, bahkan akhirnya terbiasa, mereka hanya bisa berharap semoga kapal bisa mencapai daratan.

Benarkah tidak ada penegak hukum dikapal itu ? “ternyata ada”. Saya melihat seorang nenek ditangkap dan dipenjara karna mencuri sisa coklat milik orang kaya yg tidak dihabiskannya. Kali ini seorang remaja ditahan atas tuduhan mencuri “sandal butut”. Seorang pelayan ditahan karna dianggap mencuri piring milik majikan. Bahkan , seorang ayah dijebloskan dalam ruangan yg disulap mnjadi penjara dadakan hanya karena men-charger ponselnya di lorong kapal tanpa izin dan dianggap mencuri listril. Semua petugas kapal megah itu tampak sibuk mengadili orang-orang kecil. Hingga akhirnya mereka kehabisan waktu dan tenaga unk mengurus hal-hal besar.

Sementara itu kapal terus digerogoti, dindingnya semakin menipis dan semakin sering oleng. Perjalanan mimpi yg tidak biasa itu mengantarkan kesebuah dialog.  Seorang penumpang bertanya pada petugas “mengapa tidak ada yg bergerak”, padahal aktivitas menggorgoti kapal itu sangat membahayakan kehidupan seluruh penghuni kapal. Tapi diluar kecemasan saya, beberapa hari ini suara helikopter semakin sering terdengar, membawa pergi bbrapa penumpang dan berpeti-peti hasil jarahan mereka. Saat situasi semakin kritis, saya melayangkan pandangan ke ruang nahkoda. Hampir-hampir menangis karena panic dan tak sanggup membayangkan akhir tragis yg mengancam kendaraan semewah ini.

Pada pundak sang nahjoda terletak satu-satunya harapan. Sebab, ditengah lautan ini, hanya sosoknya yg memiliki wewenang untk mengambil langkah2 darurat demi menyealamtkan kapal. Sementara genangan air perlahan tapi pasti mulai menerobos dinding kapal yg berlubang disana sini, semakin lama semakin tinggi. Menimbulkan kepanikan.

           Suasana berangsus-angsur riuh dgn jerit dan tangisan orang2 yg berlarian. Saya menanti. Terus sang nahkoda bertindak. Tetapi sebelum saya tahu apa yg kemudian dilakukan sang nahkoda, mendadak saya terbangun. Hanya sebuah mimpi, tetapi air di sudut-sudut mata saya masih tersisa.

#Kukuh T Wijiantara. Tulisan ini diangkat dari mimpi saya di malam itu, beberapa waktu lalu. (Dibuat pada tanggal 15 Desember 2011).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar