Semalam saya bermimpi berada pada
sebuah kapal paling megah dan mewah yg pernah ada. Terbuat dari berbagai bahan
logam pilihan yg hanya sangat kuat, tetapi lebih jg berharga dari emas. Mata
saya dgn cepat menangkap orang-orang kelas atas yg dihormati serta para pegawai
dan pembatu yg menjadi pelayan kapal. Perjalanan yg harus dilalui kapal megah
tersebut tidak selalu mulus. Kadang badai besar menghempas, tetapi sejauh ini
tak cukup terus menahan kapal yg terus melaju membelah samudra. Hingga entah
siapa yg memlulai, ternyata bahan dasar kapal yg begitu mahal menggoda orang2
diatasny untuk menggrogoti dindingnya.
Mereka mengorek sedikit demi
sedikit. Semakin hari semakin banyak penumpang yg menambah materi kekayaan
mereka. Petugas keamanan kapal dan bbrapa penumpang lain sebenarnya tahu
kejahatan terselubung itu. Namun tidak mudah mencari bukti karena dilakukan
dikamar masing masing. Beberapa kelompok kecik yg resah tdk bisa berbuat
apa-apa, yg lebih berbahaya sebenarnya aktivitas penumpang yg tinggal di
pinggiran lambung kapal. Siang malam mereka tak henti-henti mengorek bagian
tersebut. Karena disisi inilah terkandung logam mulia yg paling tebal. Padahal
resikonya jika bagiab lambung kapal menipis maka kapal akan bocor dan bisa
tenggelam kapan saja.
Kejadian ini berlangsung
berpuluh-puluh hari hingga kapal mulai mnghadapi ancaman serius. Tetapi
berbagai hiburan menarik yg di seselingi pertunjukan sulap sering mmbuat semua
penghuni kapal lupa pd keadaan gawat itu, bahkan akhirnya terbiasa, mereka
hanya bisa berharap semoga kapal bisa mencapai daratan.
Benarkah tidak ada penegak hukum
dikapal itu ? “ternyata ada”. Saya melihat seorang nenek ditangkap dan
dipenjara karna mencuri sisa coklat milik orang kaya yg tidak dihabiskannya.
Kali ini seorang remaja ditahan atas tuduhan mencuri “sandal butut”. Seorang
pelayan ditahan karna dianggap mencuri piring milik majikan. Bahkan , seorang
ayah dijebloskan dalam ruangan yg disulap mnjadi penjara dadakan hanya karena
men-charger ponselnya di lorong kapal tanpa izin dan dianggap mencuri listril.
Semua petugas kapal megah itu tampak sibuk mengadili orang-orang kecil. Hingga
akhirnya mereka kehabisan waktu dan tenaga unk mengurus hal-hal besar.
Sementara itu kapal terus
digerogoti, dindingnya semakin menipis dan semakin sering oleng. Perjalanan
mimpi yg tidak biasa itu mengantarkan kesebuah dialog. Seorang penumpang bertanya pada petugas
“mengapa tidak ada yg bergerak”, padahal aktivitas menggorgoti kapal itu sangat
membahayakan kehidupan seluruh penghuni kapal. Tapi diluar kecemasan saya,
beberapa hari ini suara helikopter semakin sering terdengar, membawa pergi
bbrapa penumpang dan berpeti-peti hasil jarahan mereka. Saat situasi semakin
kritis, saya melayangkan pandangan ke ruang nahkoda. Hampir-hampir menangis
karena panic dan tak sanggup membayangkan akhir tragis yg mengancam kendaraan
semewah ini.
Pada pundak sang nahjoda terletak
satu-satunya harapan. Sebab, ditengah lautan ini, hanya sosoknya yg memiliki
wewenang untk mengambil langkah2 darurat demi menyealamtkan kapal. Sementara
genangan air perlahan tapi pasti mulai menerobos dinding kapal yg berlubang
disana sini, semakin lama semakin tinggi. Menimbulkan kepanikan.
Suasana
berangsus-angsur riuh dgn jerit dan tangisan orang2 yg berlarian. Saya menanti.
Terus sang nahkoda bertindak. Tetapi sebelum saya tahu apa yg kemudian
dilakukan sang nahkoda, mendadak saya terbangun. Hanya sebuah mimpi, tetapi air
di sudut-sudut mata saya masih tersisa.
#Kukuh T Wijiantara. Tulisan ini diangkat dari mimpi saya di malam itu, beberapa waktu lalu. (Dibuat pada tanggal 15 Desember 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar